Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 16 Juni 2013

Oleh-oleh Cerita Masa Kecil : Dongeng Sebelum Tidur

Makin hari, tampaknya cerita saya di blog ini semakin absurd saja. Dan malam ini saya ingin bercerita tentang kenangan masa kecil saya, Dongeng sebelum tidur. Bermula dari observasi di youtube tentang storytelling sebagai bahan diskusi saya dengan salah satu partner in crime debate di kosan. Melihat cerita-cerita yang dibawakan oleh para pendongeng ini mengingatkan saya akan pendongeng tehebat dalam hidup saya: IBU.

Ibu bagi orang lain mungkin bukan seorang dengan kemampuan bercerita maupun berkhayal yang baik, tapi bagi saya, beliau adalah yang terhebat. Kesenangan saya akan membaca dan bercerita diturunkan dari beliau saya rasa. Duluuuuu...waktu saya masih ngedot (minum pake dot), sebelum kami (saya dan kakak) pasti mendengarkan dongeng dari ibu. Cerita favorit kami (karena saking seringnya diulang-ulang) adalah cerita Kancil Nyolong Timun. Variasi cerita lainnya adalah si Kancil yang Cerdas dan banyak versi si Kancil lainnya yang saya sudah lupa. Pokoknya tokoh si Kancil ini adalah tokoh yang paling banyak muncul. Bagian dari cerita si Kancil yang paling saya ingat sampai sekarang, ketika si Kancil selamat dari ancaman Buaya dan bisa menyeberang ke seberang dengan aman. Ide dari cerita tersebut benar-benar menarik bagi saya, ide yang sangat brilian. Si Kancil yang hendak menyeberang sungai yang amat lebar untuk mencari makan di kebun timun seberang sungai merasa kesulitan karena tidak adanya jembatan. Tiba-tiba datanglah seekor buaya kelaparan yang menghampiri si Kancil. Dengan mulutnya yang besar, si Buaya sudah bersiap menerkam si Kancil, tapi tiba-tiba si Kancil berseru "Berhenti!" dan buaya itupun menganga kebingungan. Si Kancil menawarkan kesepakatan dengan buaya. Kancil menjanjikan buaya untuk membawakan banyak kancil sebagai santapan buaya dan teman-temannya. Melihat banyak kawannya yang juga kelaparan, buaya akhirnya setuju. Si Kancil meminta buaya-buaya itu berjajar agar ia mudah dalam menghitung. 1..2...3.....si Kancil mulai melompat dan menghitung buaya-buaya yang berbaris di sungai. Ketika si Kancil selesai berhitung, ia sudah sampai di seberang sungai. Lalu ia pun berlari meninggalkan kawanan buaya yang hanya bisa terbengong karena ditipu kancil. 

Cara kancil menipu buaya inilah yang saya anggap luar biasa (waktu itu). Bagaimana Ibu bisa menemukan ide brilian itu? Ibu menjadi role model "orang cerdas" bagi saya sejak itu. Hahahaha... Saking sukanya saya dengan cerita itu, malam-malam berikutnya Ibu harus memodifikasi cerita. Saya merasa kasihan sama si Kancil, berapa kali sudah ia menghitung buaya? Dan buaya masih saja bodoh mau ditipu. Hehehe....
Berbeda dengan ibu, cerita bapak tidak terlalu menarik. Bapak lebih suka bercerita kisah-kisah jawa dibandingkan dongeng anak-anak. Dan sebagai gantinya, bapak lebih sering membacakan buku cerita bila ibu sedang tidak di rumah ketika kami akan tidur. Dan kebiasaan ini selesai ketika ibu bersekolah di kota nun jauh di mata dan bapak tidak sabaran ketika membacakan buku cerita. Lagipula kami sudah bisa membaca sendiri, jadi daripada nyusahin bapak, kami baca saja sendiri buku-buku dongeng yang dibawakan ibu setiap ibu pulang. 

Dongeng sebelum tidur ternyata sangat membekas di hati saya. Ingin rasanya saya bisa menjadi pendongeng ulung, yang bisa berbagi khayalan dengan anak-anak. Dan observasi saya malam ini sedikit-banyak menggugah hati saya untuk segera  mencari probandus anak-anak untuk mendengarkan cerita-cerita saya yang sedikit konyol tapi bermakna dalam (ecie..cie...). Siapa anak-anak itu? Yah, yang dekat-dekat dulu, anak-anak kosan. Cerita tentang apa? Tentunya si Kancil yang Pintar!

Minggu, 19 Mei 2013

Oleh-Oleh dari Sidang Tilang

Untuk pertama kalinya!! Untuk pertama kalinya saya harus menjalankan sidang di pengadilan. Dan kejahatan  yang saya lakukan adalah tindakan yang nggak penting banget,melanggar lampu kuning (kalau kata polisinya sih melanggar lampu merah).Lepas dari lampu merah, karena ngerasa nggak salah, masih terus jalan lah saya.  Eh...tiba-tiba pak polisi datang menghampiri...kutancap gas dengan maksud melarikan diri.... ! (nyanyi ala naif) Sial tak dapat ditolak, melayanglah surat tilang itu ke hadapanku. Walau kesal karena sudah ditilang, tapi saya angkat topi deh sama pak polisinya. Walau dirayu sama dua cewek cantik, tetep aja kekeuh buat nilang, tidak ada acara damai di jalan. Ya..ya...kalau sudah begini, saya relakan saja STNK saya dibawa pak polisi.

Sekitar 2 minggu setelah kejadian penilangan di jalan raya, akhirnya saya harus datang ke pengadilan. Seumur-umur tinggal di Magelang, baru kali ini saya datang ke pengadilan negeri. Berangkat dari Jogja sekitar pukul 8.15, saya sampai di Magelang pukul 9.22. Saya pikir masih belum terlalu ramai lah, telat 20 menit dari jam yang tertera di surat tilang. Ternyataaaa....saya lupa Magelang itu bukan kampus, yang isinya mahasiswa telatan semua. Pengadilan sudah kayak pasar aja, rameeeee... Dari sekian banyak orang, saya rasa, saya termasuk bagian sedikit terdakwa yang berpakaian rapi. Kebanyakan cuma sandalan, bahkan banyak yang memakai celana pendek. Haduuuuh....

Cara sidangnya juga sederhana. Datang ke pengadilan, langsung menuju loket untuk melaporkan kedatangan, jangan lupa serahkan surat tilang ke penjaga loket. Setelah itu, kita akan mendapat nomor antri. Hari itu saya mendapat nomor antrian 125. Waktu ngintip ke ruang sidang, nomor masih berkisar 50-60an. Masih lamaaaa... Karena ruang sidang sudah penuh, bahkan sampai di pintu2nya, saya memilih menunggu di lobby pengadilan. Di sana saya tercengang, ada pasangan anak SMA (yang cewek pakai seragam) baru rangkulan. Iki opo jal??? Di ruang umum mereka pede banget! Lima belas menit saya bertahan di lobby, lama-lama risih juga. Saya memutuskan menunggu di ruang sidang.

Dari hasil pengamatan saya, rata-rata dendan yang diberikan hakim adalah Rp 30.000,00 per kesalahan. Ada juga yang Rp 50.000,00 terutama yang diwakilkan oleh orang lain. Hakim sempat juga mengancam salah seorang terdakwa karena orang itu mewakilkan, tidak tahu-menahu apa kesalahan orang yang diwakilinya, dan asal jawab waktu ditanyai oleh hakim. Lebih parahnya, orang itu tidak membawa uang yang cukup untuk membayar denda. Dan berkatalah sang hakim,"Anda sebagai wakil, juga harus bersedia menanggung hukuman bagi yang Anda wakilkan. Bila Anda tidak mampu membayar, maka ada pilihan hukuman menginap di hotel prodeo dan itu Anda yang dikurung." wohooo....kasihan sekali orang itu. Jadi, bagi teman-teman yang hendak mewakili seseorang di sidang tilang, pastikan apa saja kesalahan yang dilakukan, dan perkiraan dendanya.

Sidang tilang ini semoga menjadi yang pertama dan terakhir kalinya. Sangat tidak kerennya disidang karena kasus pelanggaran lalu lintas. Apalagi bagi orang-orang yang mengaku pandai, tingkah laku di jalan raya adalah cerminan sifat kita. Akhir kata, hati-hati di jalaaaan

Sabtu, 13 April 2013

Oleh-oleh Obrolan tentang Asmara Wanita

Huahahaha..tampaknya bulan ini hari-hari saya banyak diisi obrolan mengenai asmara. Bukan kisah-kasih asmara saya tentunya, kan saya belum bertemu dengan kekasih hati. Cuma obrolan tentang kisah asmara teman-teman di sekitar saya.
Tak ada asap bila tidak ada api. Kenapa kami tiba-tiba sering mengobrol tentang asmara? Selain karena kami sekarang sudah berusia optimum, juga karena satu buku karya Felix Y Siauw.
Yap, buku Udah Putusin Aja! Pertama kali saya baca, hm....kok agak ekstrim ya cerita yang bagian awalnya? Masalah wanita harus menjaga diri, jangan sampai mau menyerahkan seluruh dirinya kepada pria yang belum halal baginya, adalah hal yang sering saya dengar. Berita seorang wanita hamil di luar nikah juga sering saya baca di koran atau saya lihat di tivi. Tapi, saya tidak pernah membayangkan hal itu terjadi di antara teman-teman saya. Bagaimana bisa saya bayangkan?? Membayangkan mereka melakukan yang lebih dari berpegangan tangan pun saya tak sanggup.

Cara berpikir saya masih kuat menancap sampai minggu lalu. Sampai ketika seorang teman bercerita tentang first kiss-nya. Hah, first kiss??? Sampai saya berusia 24 tahun, tahun ini, saya belum pernah menemukan seorang teman bercerita tentang first kiss. Oke, saya anggap ini adalah kasus khusus. Hanya 1 orang dari sekian banyak orang. Dia berkisah tentang asmaranya, sesuatu yang di luar bayangan saya. Belum sampai hubungan badan juga sih. Tapi, tetap saja....bagi saya....ehm...(speechless).

Di hari yang sama, di minggu yang sama, topik ini muncul kembali. Dan hasilnya sudah cukup membuat saya tersedak. Teman yang saya anggap sebagai kasus khusus bukanlah kasus khusus. Saya lah kasus khusus yang sebenarnya. Dari beberapa orang yang saya tembak dengan pertanyaan apakah mereka pernah berhubungan dengan pria, lebih dari berpegangan tangan, jawabannya hampir semuanya SUDAH. Haaaaah...hati saya mencelos. Teman-teman yang saya anggap adalah wanita polos pun sudah melakukan first kiss, second kiss, third kiss, atau bahkan 100th kiss mungkin.

Saya memang bukan manusia yang bebas dari dosa. Saya sodorkan buku itu kepada mereka, mungkin saja mereka bisa terpikir hati dan pikirannya. Hasilnya, hanya satu orang yang bersedia membaca (setengah) buku itu, sudah cukuplah untuk membuat saya lega. Kawan, mungkin di usia muda kita banyak hal yang membuat kita penasaran. Tapi saya rasa, tidak ada muda atau tua untuk bisa bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Jomblo bagi saya bukan hal yang memalukan. Saya sebut ini sebagai investasi, agar harga saya nantinya lebih tinggi, dan akan dijaga agar tidak rusak.

Jumat, 05 April 2013

Oleh-oleh nulis blog buat kompetisi ke Jailolo

Oke, selesai nulis, lalu posting dan terakhir, submit. Dikirimin gambar berikut:

Semoga saya terpilih yaa... kalaupun gak kepilih, ya gapapa.. Paling cuma ngenes karena mupeng yang kebangetan. Hehehe... Moga-moga gak sirik aja sama yang menang. Cheers!!

Jailolo, I'm comiiiiiing...


"Tulisan ini diikutkan dalam "Jailolo, I'm Coming!" Blog Contest yang diselenggarakan oleh Wego Indonesia dan Festival Teluk Jailolo"


Jailolo, mungkin ada yang belum pernah denger nama itu. Apakah Jailolo itu? Makanan? Tempat Belanja? Buku? Apaan??? 
Gosh, tahun 2013 masih nggak kenal sama tempat yang namanya Jailolo?? Beneran? Sumpeh lo? Wah, sama dong sama saya. Saya juga belum kenal sama yang namanya Jailolo. Hehehe...
Pertama kali denger kata Jailolo adalah waktu salah satu sahabat saya yang maniak travelling cerita tentang rencananya pergi ke sana waktu ada festival kebudayaan di Jailolo tahun 2012 silam. Menurut kawan saya itu, Jailolo terletak di daerah Maluku Utara, deketan sama Ternate dan Tidore. Waktu itu sih, saya nggak penasaran banget. Lebih tepatnya menahan hati untuk tidak penasaran. Sebagai mahasiswa pas-pasan, tabungan untuk jalan-jalan yang membutuhkan transportasi pesawat sampai sekarang masih jauh dari cukup. 
Oke, kembali ke letak Jailolo. Saya buka atlas kesayangan yang sudah kumel, lecek bin dekil karena kebanyakan dibuka dan dilipet sejak SD dulu, buka bagian provinsi Maluku. Saya pindai kata demi kata, nama demi nama yang ada di peta. Jailolo... Yap, tidak KETEMU! Huft...kurang mutakhir ni peta. Yang ada malah nama Jaloho, sama dengan Jailolo atau tidak, saya tidak tahu. Baiklah, mari kita beranjak ke teknologi web yang mutakhir. Masukkan kata kunci “Jailolo”. Deretan hasil pencarian Mr. Google muncul. Wuih, yang muncul di halaman pertama kebanyakan berasal dari situs yang berbahasa inggris. Berarti Jailolo ini adalah destinasi pariwisata yang mahsyur di kalangan wisatawan asing. Malu saya sebagai anak bangsa Indonesia, yang baru ngeh ada daerah yang indah (katanya, kan saya belum ke sana juga) di usia yang sudah berkepala 2 (tapi saya masih di awal umur 20an kok).
Jadi, Jailolo ini adalah ibukota dari Kabupaten Halmahera Barat yang terletak di suatu teluk di bagian barat Halmahera. Di sana juga terletak gunung Jailolo yang merupakan pusat dari gugusan gunung yang terletak di bagian barat pulau Halmahera. Dilihat dari foto-foto dari para profesional, Jailolo ini keren sekaliiiii... Laut biru, kapal kayu yang besar, penari tradisional, makanan, pohon kelapa, daaaaaan gunung. Hah, gunung yang berbatasan dengan laut! Saya baru liat kali ini, lewat foto saja sayangnya. Dan menurut blog festival teluk Jailolo, kita bisa diving atau kegiatan di laut deh, dan hebatnya kita juga bisa milih untuk kegiatan gunung kayak mountain biking gitu. What a complete package, mau pilih laut bisa, mau pilih gunung hayuuuuk... Sebagai anak gunung yang tinggal di sekitaran gunung, tampaknya kegiatan di laut lebih bikin ngeces deh, secara kalau di Jogja, saya nggak berani nyemplung, laut selatan boooo...Samudera Hindia! Kalau keseret ombak, bisa berabe kan?!
Itu Jailolo yang saya tahu dari dunia maya dan tanya2.. Andai saya bisa ke sana..nanti saya tulisin cerita lengkapnya deh. Kalau ada yang mau dikirimin kartu pos, hayuk juga lah.. Gambarnya edisi jadul ya.. Kamera saya kamera lawas soalnya. Somebody....take me there, plese.... Mau deh saya dapet tiket gratisan buat pergi ke sana. Backpack dan kamera analog saya juga sudah siap untuk diajak serta.

Selasa, 02 April 2013

Modem vs Petir serta ke-riweuh-an setelahnya

Duluuuuuuuu sempat TV saya menjadi korban sambaran petir. Untungnya,waktu itu yang rusak bukan layar TV nya, cuma salah satu colokan buat antenanya yang tidak bisa digunakan lagi. Karena TV saya punya beberapa colokan, jadilah masalah ini bisa dihiraukan.

Dan kemarin, petir lagi-lagi membuat peralatan listrik saya rusak, kali ini adalah modem. Sebelumnya, saya pikir modem akan aman dari petir, apalagi ada tulisan anti petir di kemasan modem. Mungkin saking hebatnya sambaran petir kemarin sore, modem pun keok. Yang mengalami kejadian ini bukan hanya di rumah saya, tetangga-tetangga di sekitar rumah yang juga menggunakan modem dari Sp***y juga mengalami hal yang sama. Teknisi dati telkom yang saya hubungi via telpon meminta saya untuk menukarkan modem ke plaza telkom. Sayangnya, ternyata telkom cabang magelang sedang kehabisan stok modem selama minggu ini,jadilah saya harus bersabar minimal satu minggu.

Sampai di rumah, bongkar-bongkar lemari dan ketemulah modem adsl jaman dulu. Saya pikir bisa dipakailah yaa... Setelah pasang kabel ini-itu di sana-sini, koneksi internet pun masih belum ada. Coba searching lewat handphone,diselingi dengan beberapa kali hp hang, masih belum ada hasil positif. Modem sudah saya setting via 192.168.1.1 masih belum bisa juga. Akhirnya saya hubungilah 147 untuk minta bantuan. Setelah laaamaaaaaaa, ngikutin perintah dari mbak operatornya,masih belum bisa. Mungkin karena mbaknya sudah menyerah, apalagi settingan dari IE komputer saya tidak sama konfigurasinya dengan milik mereka, agak lama saya tidak mendengar apa-apa dari telepon. Si operator saya panggil-panggil tidak menjawab. Saya tutup telepon. Saya coba lagi untuk browsing, dan eng...ing....eng...nyambung internetnya! hahahahaa...Haduh, jadi merasa bersalah sama mbak operator 147. Kalau telpon lagi, belum tentu terhubung sama operator  yang tadi kan ya? Mbaknya juga tidak menghubungi saya. Belum sempat mengucapkan terima kasih lah saya.

Untuk mbak-mbak operator yang tadi saya hubungi, terima kasih ya atas bantuannya. Mungkin lain waktu saya akan memanggil teknisi saja ke rumah. atau saya belajar lagi untuk utak-atik komputer saya. hehehe

Nah, sekarang ada baiknya kalau cuaca sudah tidak bersahabat, petir saling sambar, cabut semua kabel. Nggak cuma kabel listriknya, tapi juga kabel antena untuk TV dan kabel telpon,biar aman! Kalau bisa juga jangan pakai headset, soalnya dulu pernah kuping saya kesetrum gara-gara pake headset waktu ada petir besar. Entah dari mana aliran listriknya, tapi kalau sudah hujan petir, mending tidur sajalah kalau begitu sembari berdoa semoga cuaca kembali baik.