Setelah lama meninggalkan kewajiban itu karena kegiatan perkuliahan saya di Jogja, jalan-jalan ke pasar burung kemarin menjadi sarana temu kangen saya dengan para burung di sana (halah!). Bayangan saya akan pasar burung di waktu hari Pahing adalah pasar yang ramai, ramai tidak hanya oleh perburungan. Di sana itu ya, ada tukang jagal ular, ularnya ular kobra, penjual perkakas (entah kenapa dari kecil saya suka lihat dagangan perkakas), penjual baju, mainan, dan lainnya. Jadi pasar burung sudah layaknya pasar tumpah, semua ada. Itulah kenapa, walau saya harus menggotong sangkar yang lebih besar dari badan saya dan berat karena melawan angin, saya masih saja mau ikut Bapak dulu. Belum lagi suasana pasar yang juga mirip kebun binatang, ada berbagai macam burung dari yang murah sampai yang jutaan, musang, kucing, tupai, ah sangat menyenangkan.
Datang ke pasar setelah sekian lama absen dari Pahingan, ekpektasi akan kesenangan yang akan ditemui semakin besar. Dan sampailah saya ke sana, masih bersama Bapak tapi tanpa membawa sangkar segede gaban. Hari ini saya tidak membawa sangkar, tapi membawa dua pot lumayan besar yang isinya pohon puring. Alamak, sebelum sampai pasar, Bapak melihat penjual pohon di pasar besar. Jadi, begitu sampai, muka saya berubah jadi annoyed. Mungkin bapak tahu saya enggan membawa-bawa pot itu, jadilah bapak yang membawa, dibawa keliling pasar (ah, maafkan anakmu ini ya Pak).
Pasar burung sekarang lebih kecil, mungkin karena dibagi dua untuk pasar ikan di sebelahnya. Dan karena sekarang bulan puasa, aroma masakan dari makanan membuat saya jengkel, belum lagi asap rokok. Banyak juga orang yang tidak berpuasa di sini. Dan yang lebih gawatnya lagi, sekarang saya sudah menjadi seorang wanita. Berada di kerumunan laki-laki membuat saya agak risih, apalagi saya tidak memakai jilbab yang panjang. Agak bagaimanaaaa gitu rasanya. Bapak penjagal ular juga tidak lagi membawa ular hidup, hanya beberapa gulung kulit ular dan organ dalam ular.
Saat ini burung yang sedang menjadi hot thread adalah burung kecil berwarna hijau bernama burung pleci! Harganya murah-meriah, hanya berkisar 50.000 rupiah saja. Suaranya juga keras, melengking kalau menurut saya. Tampaknya Bapak berniat untuk menambah koleksi burung di rumah. Jadilah beliau berhenti dan mengamati burung mana yang suaranya bagus. Pengamatan ini berlangsung sangaaaat lama, dan tugas menjaga pot berpindah ke tangan saya. Karena bosan, saya angkat saja pot itu dan berjalan mendekati bapak. Tampaknya bapak tahu kalau saya sudah bosan di sana. Dan akhirnya kami pulang tanpa saya harus merengek, setelah bapak membeli burung pilihannya tentunya.
sekawanan burung pleci bersama dalam satu sangkar (kasian liatnya..)
0 komentar:
Posting Komentar