Siapakah Imel? Imel adalah salah satu teman kos saya saat ini. Apa oleh-oleh dari Imel? Dari mana dia? Ehm...kalau oleh-oleh barang, biasanya dia membawa makanan. Makanan yang baru saja dia berikan pada saya adalah pia mangkok dari Malang. Bukan Imel yang pulang dari Malang, dia hanya mendapat kiriman dari temannya. Dan kau tahu apa rasa pia itu? Itu adalah pia isi TENGKWEE...! Apa itu tengkwee? Enakkah? Saya juga tidak tahu pasti apa tengkwee itu. Kalau menurut informasi yang saya dapat dari dunia maya, tengkwee adalah manisan dari buah bligo. Enak dong, manisan. Iya, kalau rasanya manis, tapi yang ini rasanya seperti abon dan awalnya saya sangka itu adalah pia rasa abon sampai saya merasakan ada sesuatu seperti manisan pala di dalamnya. Oke, singkat kata, tengkwee menurut saya memiliki rasa yang unik.
Oke, cukup tentang pia rasa tengkweenya. Bukan itu yang ingin saya ceritakan. Lalu apa? Tentang oleh-oleh kata-kata dari Imel yang membuat saya sadar. Aaah...mulai berat ini bahasanya. Memang, kan saya suka berfilosofi. Sudahlah, cepat ceritakan! Jadi, Imel ini adalah salah satu korban bullying saya dulu. Dia berasal dari Banyuwangi dan baru saja menyelesaikan studinya di Malang. Karena dia lulusan fakultas geografi, isenglah saya menanyakan beberapa pertanyaan yang berkaitan tentang peta dunia. Dari situ, Imel mulai saya permalukan karena dia gagal menjawab beberapa pertanyaan nama ibu kota negara. Ditambah lagi dengan sifat polosnya dulu, semakin dia bingung, semakin bahagia saya. Sayangnya, sekarang kondisi berbalik. Setelah saya puas mem-bully Imel, sekarang giliran Imel. Imel gemar sekali mencari kelemahan saya. Dia bisa sangaaaaat bahagia ketika tahu saya tidak mengetahui sesuatu, walau sekedar ketidaktahuan saya tentang artis ibu kota.
So what? Ya nggak apa-apa. Saya cuma mau cerita itu saja. Sikap Imel terhadap saya kan juga buah dari sikap saya terhadap dia. Berarti selama ini saya terlalu sombong, suka merendahkan orang lain. Saya baru bisa merasakan itu ketika saya juga lebih rendah dari orang lain. Itu membuat saya sadar. Jadi, kamu mau merubah sikapmu? Ya..mungkin, tergantung situasi. Hehehehehe.... He? Ah, tidak...tidak.... Saya bercanda. Tentu saya akan merubah sikap saya sedikit demi sedikit. Saya ingin menjadi orang yang lebih humble dan tidak menghakimi orang lain. Menjadi bermanfaat untuk orang lain itu lebih baik, bukan?
Sekian
0 komentar:
Posting Komentar